#Optimalisasi Musim Tanam 1

Masih ingin mencoba peruntungan dilahan 3000m2. Untuk hidup layak dengan bertani seluas itu, apalagi yang diperlukan selain keseriusan, fokus, komitmen dan jauh dari kesan coba2 kosong. Ingin sebenarnya totalitas terhadapnya, dengan menanggalkan semuanya. Fokus pada 1 titik ini saja. Mungkin bisa langsung merasakan deg2an yang lebih dramatik. Namun apadaya bisikan syetan membuat
nya jadi kurang yakin.lha, kalau tau itu bisikan syetan kan tinggal dicuekin. Oh iya ya..!

image

Musim pertama menanam jagung manis dengan 3000m2 bisa dtanam dengan sekitar 2kg benih dengan rata2 perkiraan panen lebih kurang 3 ton. Jika dikali harga Rp. 1500,berarti menghasilkan 4,5jt; dpotong modal dapatlah hasil bersih 2,5jt dalam 75 hari. Berarti pendapatan petani per hari 33rb alias Rp. 990rb perbulan. waw..!

Tantangannya:
1. Bisakah akhtyofarm mengintensifkan penanaman sehingga meningkatkan hasilnya menjadi 5 ton? Ini bs menjadikannya Rp. 7,5jt dan menaikkan pendapatan petani Rp.100rb perhari atau Rp. 3jt sebulan.
2. Bisakah akhtyofarm meramal waktu yg tepat utk penanaman shingga waktu panen mendapatkan harga Rp. 2500 perkg? Ini bisa menjadikannya Rp.12,5jt dan menaikkan pendapatan petani menjadi Rp.166rb perhari atau Rp. 4,9 jt perbulan.

Bisa gak? hey, jawab..! Bisa gak..?
Tenang, inilah yg mau dibuktikan akhtyofarm.

Dipublikasi di Uncategorized | 2 Komentar

#Jilid 3

Saya memulainya lagi disini
Setelah lenyap perlahan

Saya memulainya lagi disini
Setelah rusak sepenggal dua penggal

Saya menghimpunny lagi disini
Setelah terbilang menghilang

Saya menghimpunny lagi disini
Setelah terserak lama berkarat

Saya memulainya dengan menghimpunnya
Saya memulainya dengan menghimpunnya

Ya, begitulah. Setelah moratorium lama, akhtyofarm menggeliat lagi. Dipaksakan karna sebenarnya belum ada aktivitas cocok tanam. Haya untuk menjaga semangat dan tanggungjawab bangkit, sebaiknya dimulai, dengan mengikutsertKan niat dan langkah2 awal. Biar padat semuanya.

#Jilid 3 itu pun dimulai tadi pagi. Petani cabe kaki gunung gede saksinya. Dialah pembuka petualangan saya disini. Darinya saya tidak membutuhkan semangat tanam cabenya, tidak pula kesederhanaannya atau lahan miliknya. Dia hanya beruntung menjadi petani pertama yang saya jumpa dipagi tadi.

Saya hanya ingin mendramatisir pagi hingga siang tadi, sarapan bubur ayam, mak penjual bensin, petani bunga, petani kangkung, termasuk sms dari kamu. Biar menjadi kristal. Yang bernilai buat saya dan buat kamu.(halah!)
Sudahlah, sudah malam.

Dipublikasi di Uncategorized | 2 Komentar

OPTIMALISASI 3000 m2

Ya, itulah rata2 kepemilikan lahan pertanian. 0,3 ha, alias lebih kurang 3333m2. Dan untuk memudahkan kita anggap saja 3000 m2. Mentan berkata segitulah rata2 lahan milik petani di Indonesia. Jadi wajar kemiskinan disumbang terbanyak oleh petani. Solusi nya, -masih kata Mentan ya, harus dilakukan reformasi agraria (nah loch, apaan tuh..?). Saya pun mulai tuing..tuing..tuing, bingung.

Solusi ini sudah lama, sejak tahun 2004 kata google, sampai sekarang gak tau tuh gimana kejelasannya. Maksudnya dengan pengaturan kembali masalah agraria ini bisa diarahkan menjadi peningkatan luas lahan pertanian sehingga kepemilikan lahan petani rata-ratanya menjadi 2 ha- sebagai syarat hidup layak, katanya. Wah…. angin surga tuh. Benar…ribet, makanya buntu.

Untuk 2 ha, memang dalam hitungan =akhtyofarm= merupakan masuk dalam target pertama yang harus diburu biar hidup layak. Jadi, tidak perlu dijabarkan lebih lanjut. Sudah ada hitung2annya didatabase. Namun, lahan 3000m2 apakah memang tidak bisa menjadikan pemiliknya hidup layak. Mari kita banding2kan dulu (seenaknya, :-)).

#Dengan lahan 3000m2 kita jadikan kos2an dengan kamar + kamar mandi seluas 6×6 m sebanyak lebih kurang 80 kamar, dengan harga 200rb saja perbulan, bisa menghasilkan pundi2 uang sebanyak 16 juta perbulan. Wow..? lebih besar dari gaji fasilitator pemberdayaan (hehehe). Kenapa bisa dikatakan tidak layak dengan potensi penghasilan segitu. Apakah karena yang punya kos2an bukan petani, tapi adalah ibu kos. Petani nya masih saja nongkrong di lahan 3000m2 nya sambil ngelap keringat.

#Coba lahan 3000m2 kita jadikan SPBU. Dengan lahan 3000m2 bisa menjadi SPBU dengan 16 slang. Dengan omzet perhari diperkirakan rata-rata 26 kiloliter. Bila margin premium Rp. 205 perliter (ini kata google), berarti bisa perhari mendapatkan lebih kurang 5,3 juta atau penghasilan perbulannya sekitar 159juta. Hehehe. SPBU diurus sama bu tani, dan pak taninya silahkan menggarap lahan pertanian 3000m2 milik tetangganya. Kurang hebat apa coba.

Nahhh, sekarang. Kalau petani nya tidak tertarik dengan kos2an dan juga malah tulalit dengan SPBU. Apa yang akan dilakukannya dengan lahan 3000m2.
Ya, OPTIMALISASI.
Bagaimana? jreng..jreng..!

#jawabtantangan1
Bukittinggi, 17022014;21.24

Dipublikasi di tantangan | 3 Komentar

PETANI KERE(N)

Hari ini PL berangkat dari Padang menuju farm. Maka setelah subuh, berangkatlah ia bersama peralatan kantornya. Keranjang, terpal, dan Clurit menjadi kelengkapan dirinya menuju kota Bukittinggi. Sesampai di Sicincin, terhentilah dia karena polisi. Razia pagi.
“Selamat pagi pak,” sapa hormat pak polisi.
“Selamat pagi pak!” jawab PL.
“Bisa tunjukkan SIM dan STNKnya?” sambung polisi tanpa basa-basi.
PL pun mengeluarkan apa yang diminta dari dompetnya.
SIM dan STNK pun sudah ditangan polisi. Sesekali dia melirik PL untuk memastikan foto di SIM adalah benar orangnya.
“baik, terima kasih pak.” Ujar polisi seraya menyerahkan kembali SIM dan STNKnya.
“Kita harus memeriksa i isi tas bapak dan keranjang ini.” Lanjut polisi.
“Lho,memangnya kenapa pak?” jawab PL.
“Kita sekalian razia benda2 tajam pak.”
“Oh, silahkan pak!” Jawab PL dengan ragu.
Pak polisi pertama memeriksa tas PL. Tak ada masalah, dia mulai memeriksa keranjang yang PL ikat dibelakang. Polisi menemukan benda tajam.
“Ini kog bawa clurit pak?” tanya polisi.
“Iya pak, saya mau ke ladang.”
“Maaf pak, bapak bisa ikut ke pos.” Mata polisi pun selidik mulai tidak ramah.
“Lho, memangnya ada apa pak?”
“Ya, kita perlu menanyakan beberapa hal terkait ini pak.”
“Sudahlah pak, kita selesaikan disini saja.”
“Anda jangan melawan, ayo buruan ke pos” tegas ucap polisi.
PL pasrah tidak melawan dan mengikuti polisi tersebut ke pos.
“Kenapa anda membawa senjata tajam?” tanya langsung polisi
“Ya ..karena memang ini peralatan wajib saya pak” jawab PL.
“Saya kan tujuannya ke ladang, ya butuh ini pak.” lanjut PL.
“Anda jangan bercanda pak, anda mau kemana?” Tanya Selidik Polisi sedikit tegas
“Ke ladang pak.” Jawab PL tidak kalah tegas.
“Ladang, ladangnya dimana?” balas tanya Polisi.
“Di balingka pak, bukittinggi”
“Jangan bercanda anda, anda ke ladang jauh bangets, dari padang menuju ke bukittinggi hanya untuk ke ladang.”
“Ya.. memang pekerjaan saya begitu.”
“Apa pekerjaan anda?”
“Ya, petani. Ini ID card saya.”
PL pun memeriksa ID card dalam dompetnya. Di uyek-uyek dompetnya, barang itu pun tidak bertemu.
“Sudahlah pak, petani koq punya ID card jangan becanda, sekarang bapak jujur saja, bapak mau ngapain dengan clurit ini?”
“Benar pak, ini sekalian nanti ngarit rumput pak.”
Lama polisi kembali memandang PL, kemudian beralih ke clurit.
“Anda itu, terlalu keren untuk jadi petani,” ucap polisi tegas.
Hening sejenak. PL pun memandang polisi dengan sedikit heran. Polisi pun tampak sedikit malu.
“Pak, saya kan gak salah kalo masalah nya saya nya yang keren.” PL merasa diatas angin.
“Iya juga sih, tapi gak mungkin orang seperti anda nyabit2 rumput,”
“Lho, memangnya kenapa pak?”
“Ya….. anda itu terlalu keren!” Polisi kembali jujur.
“Maaf pak, bapak sudah 2 kali nyebut saya keren.” PL mulai songong.
“Anda jangan ke Ge Er an..?” Sanggah polisi.
“Saya gak GR pak, malah geli. Kalau yang ngomong itu dari Briptu Avi, atau Briptu Eka atau Briptu Susan baru saya GR pak, juga bangga, juga senang, juga bahagia, malah serasa terbang pak.” PL menjawab mulai ngaco.
“Lho, bapak kenal dengan mereka?” tanya polisi mengejutkan.
“Ya…… saya tau orangnya.” Jawab PL ragu.
“Ngomong dong dari tadi, ya udah, silahkan lanjutkan perjalanannya pak. Maaf sudah mengganggu”.
PL terdiam sesaat, kemudian buru2 berangkat.

#cerita fiktif (300114;22.10)

Dipublikasi di kisah fiktif RP | 1 Komentar

Konsistensi-inkonsistensi

Kata ini biasa diucap oleh siapapun. Termasuk petani2 di kaki gunung singgalang. Ya, bukan kata ‘konsistensi’ yang terucap. Tapi kalimat2 yang mereka sampaikan memberi maksud seperti itu. Tentang siapa? Ya tentang saya, si RP atau PL atau PG atau PP dst. Tentang apa? Ya tentang akhtyofarm. Seolah-olah mereka berucap, ”mana konsistensimu..?”. Menilik dari sejarah, saya merasa bukanlah seorang inkonsisten.

#Saya memilih kaki gunung singgalang karena ini lah tempat favorit saya. Berharap semangat akan bertahan dari tempat yang mengasyikkan. Tapi waktu yang membuktikannya, bahwasanya tindak-tanduk saya tidak seperti itu. Makanya orang2 sini berkata, “angek2 ciik kabau.”
Apakah kemudian karena ini saya dianggap tidak konsisten?

#Saya hadir dikaki gunung singgalang memperkenalkan diri sebagai petani jagung manis. Namun saya melakukannya hanya sekali dan kemudian menjauhkan diri dari komoditas tersebut. Makanya, pengepul jagung manis saya berkata, ”dasar anak mudo.”
Trus apakah kemudian ini yang membuat saya dicap inkonsisten?

#Saya berharap di kaki gunung singgalang ini menjadi ruang penelitian dan coba2 komoditas lain sebagai penambah ilmu pertanian. Namun, hanya tanam gaya ibu rumah tangga yang saya praktekkan, jauh dari nilai ilmiah dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Makanya, petani tetangga berucap, “rang kayo yo mode itu!”.
Trus gara2 ini juga saya dianggap seperti anggapan diatas.

Karena konsistensi-lah langkah saya bisa sejauh ini ini. Tapi karena ketidakkonsistensi jua lah jalan ini jadinya selalu terjal. Dan karena konsistensi pula saya menulis ini tapi karena inkonsistensi juga yang membuat tulisan ini lama ditulisnya. Karena konsistensi saya inkonsisten berarti sudah jelas bahwa saya adalah inkonsisten. Tapi, mungkin benar juga, penilaian orang bisa lebih obyektif. Kawan baru saya pun sudah dua kali berucap saya itu PP (bukan Palai Pitih-red). Beda memang katanya tapi nyambung maknanya.

Tapi saya konsisten menganggap saya adalah konsisten.
Sudahlah, sudah malam. Besok pagi hal ini sudah tidak penting.

#renungan 2 moratorium akhtyofarm (040214;21.52)

Dipublikasi di Uncategorized | 1 Komentar